Tuesday 11 December 2012

Empat Rahasia Gaya Hidup Sehat

Hai, teman-teman, kali ini saya akan memberikan sedikit informasi yang dapat membantu kita semua untuk mewujudkan hidup sehat bersama. Right, tentu kita semua ingin menjalani hidup yang sehat, bukan? Dalam kehidupan kita yang sehat, tentu mampu menghindarkan kita dari penyakit. Dengan begitu, kita dapat selalu bugar dalam melaksanakan tugas kita tanpa harus merasa kelelahan atau tidak enak badan.

Sebetulnya, dalam mewujudkan hidup sehat, kita dapat memulainya dari hal-hal yang sederhana terlebih dahulu. Apakah contoh dari hal sederhana yang dimaksudkan? Misalnya adalah menyikat gigi dengan benar dan dilakukan secara teratur. Apakah hanya menyikat gigi saja yang diperlukan? Tentu tidak, masih banyak hal lagi yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan tubuh kita. Tapi, justru hal-hal yang sederhana seperti itulah yang terkadang sering kita lupakan.

Berikut ini adalah 4 hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan kita.

1. Jangan lupa untuk sarapan.
Menurut beberapa peneliti, sarapan adalah hal yang paling tepat dilakukan jika kita mencoba untuk menurunkan berat badan. Sarapan yang seimbang, seperti mengkonsumsi buah segar, sereal sarapan tinggi serat, rendah lemak susu atau yoghurt, roti bakar gandum, dan telur rebus dapat membantu kita melewati aktivitas pagi yang padat.

2. Sikat Gigi dengan Benar
Banyak orang tidak tahu bagaimana cara menyikat gigi dengan benar. Menyikat gigi dengan cara yang tidak benar dapat merusak gigi dan gusi, apalagi jika kita tidak menyikat gigi sama sekali. Menrut beberapa orang, kita tidak perlu sikat gigi yang mewah untuk mendapatkan gigi yang bersih dan sehat setelah disikat, cukup sikat yang kokoh, berbulu lembut, dan kita menggantinya setiap bulan. Cara menggunakan sikat yang benar cukup dengan pegang sikat gigi dengan cara yang sama seperti kita memegang pensil, dan sikat selama dua menit dengan arah atas-bawah, bukan menyamping kanan-kiri.

3. Konsumsi Vitamin
Kita membutuhkan setidak 90mg vitamin C per hari dan cara terbaik untuk mendapatkan ini dengan makan sedikitnya lima porsi buah dan sayuran segar setiap hari. Jeruk dan jambu biji menjadi buah yang kaya akan vitamin C. Tak lupa, konsumsi buah-buahan segar lainnya untuk mencukupi kebutuhan vitamin lainnya.

4. Minum Air Putih
Minumlah air putih, bahkan saat kita berolahraga. Minuman ringan atau minuman berenergi yang kita minum setelah berolahraga sebenarnya tidak dianjurkan untuk menjaga kesehatan kita, karena mengandung glukosa yang cukup tinggi. Jadi, saat kita berolahraga, kita membakar lemak, dan kemudian mengisinya kembali dengan kalori dan minuman tersebut.

Sekian beberapa saran dari saya yang mungkin dapat bermanfaat untuk mengubah kebiasaan jelek kita menjadi kebiasaan hidup sehat. Tentu saja masih banyak terobosan yang dapat kita lakukan selain 4 hal diatas.

Wednesday 5 December 2012

Pidato tentang Polusi Udara

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Yang terhormat Ibu Susiana selaku kepala sekolah di SMP Negeri 2 Jombang, guru-guru, staf TU serta karyawan yang saya hormati, dan tak lupa teman-teman dan adik-adik sekalian yang saya sayangi.
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmatNya lah kita semua dapat berkumpul disini dalam acara "Bergerak menuju Hidup Sehat Tanpa Polusi Udara". Sholawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, seorang yang istimewa disisi Allah SWT. Teladan dan panutan bagi kita yang mencintainya.
Teman-teman sekalian,
kondisi lingkungan hidup disekitar kita sudah sangat memprihatinkan. Tingkat pencemaran yang tinggi mengakibatkan timbulnya banyak penyakit. Bila kita tidak segera mengambil langkah, bisa dipastikan dalam beberapa puluh tahun kedepan bumi akan menjadi tempat yang tidak layak sebagai tempat tinggal manusia. Coba bayangkan bila itu terjadi. Maka, apa yang harus kita lakukan agar dapat menghindari semua itu?
Langkah pertama yang dapat kita ambil adalah dengan melaksanakan reboisasi. Dengan begitu tumbuh-tumbuhan hijau yang telah kita tanam dapat membantu mengurangi polusi udara di sekitar kita. Tapi, apakah itu sudah cukup? Saya rasa belum. Polusi udara tidak hanya disebabkan oleh asap kendaraan yang lalu lalang di sekitar kita, melainkan juga disebabkan oleh sampah yang berkeliaran di lingkungan kita. Marilah kita bersama-sama melihat sekitar. Apakah sampah-sampah itu sudah berada pada tempatnya? Tentu saja belum. Sampah yang sudah dibuang ditempat sampah sebaiknya ditutup. Mengapa demikian? Alasannya karena, agar tidak ada lalat, kecoa, atau hewan-hewan lain yang bisa hinggap disampah. Lalat, kecoa, dan hewan lainnya yang telah hinggap disampah dapat membawa penyakit saat memasuki ruang kelas, kamar mandi, maupun tempat lain. Tentu saja tidak ada diantara kita yang mau terserang penyakit yang timbulnya dari sampah bukan? Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menjaga lingkungan sekitar agar dapat terhindar dari hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Demikian pidato yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua, dan mampu menyadarkan kita semua akan pentingnya udara yang kita hirup ini. Saya mohon maaf bila ada yang tidak berkenan dihati, akhir kata
Wassalamu'alaikum Wr, Wb.

Tuesday 9 October 2012

How To Make a Glass Of Lemonade

Ingredients:

6 lemons
1 cup of sugar
8 cups of iced water
1 cup of boiling water

Direction:

1. Squeeze juice from lemons into a glass. Set lemon rinds aside.
2. Strain lemon juice into a large pitcher.
3. Add sugar and ice water, stir until sugar is dissolved. Set aside.
4. Place lemon rinds in glass and add boiling water. Let stand until water is cold.
5. Discard the rinds, add water to pithcer and stir well. Refrigerate until well chilled.

Monday 27 August 2012

Hari Yang Membosankan

Cerita pendek oleh Maria Wiedyaningsih

"Papan catur cadangan sudah dibawa?" ujar Eyang Setia, kakek Chrisna. "Siapa tahu papan catur di tempat Eyang Permana rusak. Sudah bawa minuman? Siapa tahu, kita kehausan di jalan. Sudah bawa payung? Siapa tahu, sampai di tempat Eyang Permana, hujan."

"Eyang Setia terlalu berlebihan," pikir Li-El geli. "Kita, kan, hanya pergi ke rumah Petra. Kenapa seperti akan ke luar negeri?"

Hari Minggu ini, Li-El dan Chrisna menemani Eyang Setia. Eyang Setia akan bermain catur bersama Eyang Permana, kakek Petra.

Selain mereka, Zea bilang akan ikut. Nah, itu Zea datang. Zea kelihatan sangat gembira. Namun, wajahnya berubah tiba-tiba. Ia kelihatan terkejut melihat Eyang Setia, bahkan sampai terdiam.

Li-El bingung melihat tingkah Zea. Ia ingat percakapannya dengan Zea semalam, lewat telepon. Zea terdengar sangat bersemangat saat mendengar Li-El akan pergi hari ini. Ia langsung mengatakan akan ikut. Jadi, kenapa sekarang wajahnya terlihat kecewa begitu?

"Eyang senang sekali Zea ikut," sambut Eyang Setia bersemangat.
"Eh...iya... Zea juga senang ikut Eyang," sahut Zea terbata.

Li-El memperhatikan wajah Zea yang berubah kecewa saat Eyang Setia tidak memperhatikannya.

"Sudah beritahu ke rumah kalau Zea sampai di sini dengan selamat?" sambung Eyang Setia. " Sekalian kabari sampai jam berapa Zea akan pulang nanti."
"Iya... Iya, Eyang," jawab Zea.
Zea bingung dengan sikap teliti Eyang Setia.

Satu jam kemudian, Eyang Setia dan Eyang Permana tampak serius dengan pertandingan catur mereka. Namun, perhatian Li-El tidak tertujuh pada pertandingan catur. Kenapa Zea semakin tidak besemangat?

Ia bahkan terlihat merenung saat bersama-sama Li-El dan Petra mengambil makanan dan minuman di dapur.
"Zea, kamu ingin jus apa?" tanya Petra.
Zea diam saja. Kenapa Zea bisa tidak mendengar?
"Zea," panggil Li-El.
"Eh...," balas Zea tergagap. Li-El dan Petra tertawa geli, membuat Zea tersipu.

"Sejak datang kamu kenapa terlihat bingung?" tanya Petra. Zea terkejut. Ia terlihat salah tingkah.

"Kamu sebenarnya tidak ingin di sini, ya?" tebak Petra.

Li-El bingung. Ia ingat percakapan dengan Zea semalam. Zea sangat bersemangat. Bahkan tanpa tahu Li-El akan ke mana, Zea langsung bilang ingin ikut.

Saat itu Chrisna memanggil mereka. Mereka kembali berkumpul menonton pertandingan  catur Eyang Setia dan Eyang Permana. Tampaknya semakin seru. Meskipun Li-El  justru lebih tertarik pada Zea.

Tampaknya, Zea cukup suka dengan permainan catur. Ia tertarik mengikuti langkah-langkah permainan Eyang Setia dan Eyang Permana. Namun, itu hanya beberapa menit. Zea kembali murung.

"Waktu Eyang Setia masih anak-anak, kakek Eyang suka sekali mendongeng," ujar Eyang Setia tiba-tiba. Perhatiannya teralih dari papan catur.

Eyang Permana tersenyum. Anak-anak bingung. Kenapa Eyang Setia tiba-tiba berkata seperti itu? Sepertinya, hanya Eyang Permana yang mengerti apa yang dilakukan Eyang Setia.

"Sayangnya, Eyang tidak terlalu suka mendengarkan," lanjut Eyang Setia. "Jadi, kalau ada teman yang mengajak bermain, biasanya Eyang langsung pergi. Atau kalau sudah malam, biasanya Eyang pura-pura tertidur."

Anak-anak terdiam. Meskipun suara Eyang Setia terdengar biasa-biasa saja, anak-anak bisa merasakan penyesalan Eyang Setia.

"Coba kalau waktu itu Eyang Setia tidak suka melarikan diri. Eyang Setia pasti bisa belajar ilmu mendongeng," ujar Eyang Permana mencoba bercanda.

"Benar," angguk Eyang Setia. "Kalau Eyang pintar mendongeng, Chrisna, kan, tidak bosan lagi mendengar dogeng Eyang, goda Eyang Setia. Chrisna tersipu.

Saat semua tertawa geli, Zea justru terdiam. Wah, hari ini Zea benar-benar aneh. Li-El memikirkan semua kejadian. Tiba-tiba, ia ingat wajah Zea saat melihat Eyang Setia saat datang tadi. Zea tidak tahu kalau Li-El dan Chrisna akan menemani Eyang Setia. Saat mengetahuinya , ia jadi kecewa. Akan tetapi, ia sempat bersemangat melihat permainan catur. Lalu kenapa Zea berubah murung lagi?

"Mungkin hari ini Zea harus pergi dengan kakek, ya?" tebak Eyang Permana.
"Iya, hari ini kami seharusnya pergi memancing," balas Zea, menunduk. "Memancing membosankan sekali."

Oh, jadi begitu, Zea pergi karena tidak ingin memancing. Mungkin saat menemani Eyang Setia dan Eyang Permana, Zea jadi merasa bersalah pada kakeknya. Meskipun Zea tidak suka memancing, ia bersenang-senang bersama kakeknya.

"Ayo, sekarang lebih baik Zea temani Kakek," saran Eyang Setia.
"Dari tadi, Zea sudah tidak sabar ingin pergi dari sini, kan?"
Zea tersipu. Ah, Eyang Setia ternyata juga teliti memperhatikan orang!

Sunday 1 July 2012

Nenek Suti

Cerita pendek oleh Dwiyanto

     Aku memanggilnya Nenek Suti. Nenek Suti berjualan kacang setiap malam di alun-alun. Puluhan kacang terbungkus plastik digelar di kertas koran, diterangi lampu teplok. Aku sering membayangkan Nenek Suti. Ia sudah tua namun harus mencari nafkah sendiri.
     Minggu lalu, hujan deras mengguyur kotaku. Waktu itu aku teringat pada Nenek Suti. Tidak mungkin Nenek Suti bertahan berjualan. Hujan sangat lebat disertai petir. Dimana ia berteduh.
     Aku penasaran dan kasihan pada Nenek Suti. Aku membujuk Ayah untuk mengantarkanku ke alun-alun.
     "Hujan begini, Dhea? Kamu mau beli apa? Motor Ayah baru saja dicuci. Masak, Ayah harus mencuci lagi," kata ayahku waktu itu.
     "Nanti Dhea bantu mencucinya, Ayah," rayuku.
     "Hujan begini tidak ada penjual di alun-alun. Semua pulang ke rumah masing-masing," kata Ayah.
     "Kalau begitu, aku akan jalan kaki saja ke sana," kataku. Aku memang tidak keberatan menerjang dingin dan hujan. Aku ingin melihat Nenek Suti.
     Buru-buru aku mengambil payung di kamar. Tetapi, Ayah ternyata tidak tega. Ayahku memang paling baik sedunia.
     "Ayo, deh, Ayah antar ke alun-alun. Tapi, kamu janji untuk bantu Ayah cuci motor, ya!"
     Aku mengangguk girang. Ayah segera mengambil kunci kontak, helm dan jaket. Aku mengejar Ayah yang sudah menstarter motornya di garasi.
     "Pakai jas hujan dulu, nanti masuk angin," Ayah mengingatkan. Aku bergegas masuk ke kamar lagi mengambil jas hujanku.
     Beberapa saat kemudian, sepeda motor Ayah sudah menembus hujan. Tidak sampai lima menit, kami sampai di alun-alun. Benar kata Ayah. Tidak tersisa penjual di sana. Semua takut hujan dan petir.
     "Mau beli apa, Dhea?" tanya Ayah waktu itu. Suaranya samar-samar. "Beli kacang di Nenek Suti!"
     "Kacang?!" tanya Ayah agak jengkel. "Lihat, sudah tidak ada penjual di alun-alun. Kita pulang, ya," ajak Ayah.
     Kutebarkan pandangan ke tempat lain. Di bekas gedung film, kulihat lampu teplok kecil yang cahayanya meliuk-liuk. Aha, hatiku bersorak! Itu pasti Nenek Suti.
     "Ayah, itu Nenek Suti. Belok kiri, Ayah!"
Ayah menuruti permintaanku. Mungkin Ayah penasaran juga dengan sikapku yang misterius.
     Di bekas gedung film itu, hanya Nenek Suti yang berjualan. Ia kaget dari kantuknya begitu mendengar bunyi motor mendekat.
     "Kacang empat bungkus, Nek," pintaku. Tangan Nenek Suti yang penuh keriput itu mengambil empat bungkus kacang.
     "Nenek tidak pulang?"
     "Menunggu hujan reda, Nak," jawabnya lirih. Kudengar batuk-batuk kecil keluar dari mulutnya.
     Aku sebenarnya ingin agak lama berbincang dengan Nenek Suti. Tetapi, Ayah menstater motornya begitu aku selesai menerima kacang dari Nenek Suti. Mungkin Ayah khawatir jika hujan bertambah deras.
     "Saya pulang dulu, Nek."
     "Terima kasih, Nak."
     Motor Ayah meraung keras di tengah hujan. Sampai di rumah, Ibu cemberut saat mendengar cerita Ayah.
     "Ke alun-alun hanya untuk beli kacang? Besok, Ibu belikan sekilo di pasar, Dhea," kata Ibu sedikit jengkel.
Ah, Ibu tidak tahu, aku sebetulnya hanya ingin berjumpa Nenek Suti. Ayah tampak diam berpikir. Mungkin Ayah mulai mengerti isi hatiku.
     Itulah kejadian minggu lalu. Aku teringat lagi pada kejadian itu, karena malam ini hujan mengguyur deras lagi. Entah mengapa, kali ini malah Ayah yang mengajakku membeli kacang Nenek Suti. Padahal, kacang yang dibeli Ibu masih setoples.
     "Nanti, kita temani Nenek Suti sebentar, ya, Yah?" pintaku.
     Tanpa banyak komentar, Ayah mengangguk. Sikap Ayah berbeda sekali dengan minggu lalu. Kali ini, aku tidak perlu merayu Ayah.
     Motor Ayah menerjang hujan deras dengan gagah berani. Dingin langsung kurasakan menusuk tulang. Kasihan Nenek Suti. Tentu ia lebih kedinginan dibandingkan aku.
     Ayah ternyata langsung menuju ke bekas gedung film. Ayah menghentikan motornya di depan dagangan Nenek Suti.
     "Kita borong semua kacang Nenek Suti, Dhea," kata Ayah mantap.
     Kami berjalan ke arah Nenek Suti. Nenek Suti tampak tengah tertidur pulas dengan punggung bersandar tembok berlumut.
     "Nek, kami mau memborong kacang," kataku. Aku berharap, Nenek Suti bangun dan menampakkan senyum tuanya yang ramah.
     "Nenek..." ucapku.
Nenek Suti tetap diam. Ayah mendekat, lalu menggoyang lembut tubuh renta itu. Tetap tidak bergerak. Ayah menggoyang lebih keras. Hasilnya sama saja.
     "Nek!" Ayah setengah berteriak. Kusentuh Nenek Suti yang sudah dingin. Matanya terpejam penuh kedamaian.
     'Nenek sudah kembali ke sisi Tuhan, Dhea..." ucap Ayah sedih.
     Air mataku menetes.

Thursday 24 May 2012

Celengan Marwan


Cerita pendek oleh Surya Sanjaya

            Bu Rustina selalu punya cara unik untuk mengambil hati murid-muridnya. Suatu hari, Bu Rustina mengajak murid-muridnya agar rajin menabung. Ia memberikan uang tiga ribu rupiah kepada setiap murid untuk membeli celengan.
            “Kalian harus belajar berhemat dengan menyisihkan sebagian uang jajan untuk ditabung. Kita bisa memenuhi kebutuhan mendadak dengan uang tabungan itu. Jadi, tidak perlu pinjam uang kepada teman atau minta pada orangtua,” ujar Bu Rustina.
            Semua murid setuju. Satu-per satu mereka maju untuk menerima uang dari Bu Rustina.
            “Pakailah uang ini untuk membeli celengan  untuk menabung. Minggu depan, kalian bawa celengan itu ke sekolah. Ibu ingin tahu kalau kalian benar-benar sudah mempunyai celengan. Siapa yang punya celengan terbaik, akan Ibu beri hadiah lagi,” ujar Bu Rustina.
            Sepulang sekolah, Edo, Rendy, Sofian, dan Marwan sepakat pergi ke pasar. Mereka mencari celengan yang paling bagus. Setelah menyusuri seluruh koridor pasar, mereka menemukan sebuah toko celengan yang cukup besar.
            “Aku pilih ini. Berapa harganya, Pak?” tanya Edo sembari menunjukkan celengan tanah liat berbentuk ayam.
            “Dua puluh ribu, Dik,” jawab pemilik toko.
            “Kalau yang ini?” tanya Rendy sambil mengangkat celengan plastik berbentuk kucing.
            “Lima belas ribu,” sahut pemilik toko.
            Edo dan Rendy tampak berpikir sejenak. Mereka ingin menawar, tetapi toko itu ternyata menjual barang dengan harga pas. Keduanya merogoh saku masing-masing. Edo dan Rendy membeli celengan pilihan mereka dengan uang pemberian Bu Rustina. Tentu saja harus ditambah dengan uang jajan mereka sendiri.
            Sementara itu, Sofian dan Marwan pulang dengan tangan hampa. Sofian tidak menemukan celengan yang ia sukai. Ia akan minta ibunya untuk membelikan celengan di tempat lain. Kebetulan, ibunya sedang dinas ke luar kota. Sedangkan Marwan tidak jadi membeli celengan karena uangnya tidak cukup. Ia memang hanya mengandalkan uang pemberian Bu Rustina.
            Di rumah, Marwan menjadi murung. Ia ingin punya celengan yang bagus seperti teman-temannya. Ia ingin dapat hadiah dari Bu Rustina. Namun, keluarga Marwan sangat sederhana. Tak mungkin Marwan dapat tambahan uang hanya untuk membeli celengan.
            Melihat Marwan bersedih, Pak Ramli, ayah Marwan , mencoba memberikan pengertian.
            “Tujuan menabung adalah mengumpulkan uang. Jadi, tidak harus pakai celengan bagus. Kalu menabung di bank, kita hanya dikasih buku kecil. Tidak berbentuk ayam, kucing, atau yang lain,” kata Pak Ramli.
            “Tapi ini lain, Yah. Siapa yang punya celengan paling bagus, akan mendapat hadiah dari Bu Rustina”, sahut Marwan cemberut.
            Pak Ramli tersenyum. Ia lalu mengambil sebuah kaleng bekas cat. Pak Ramli membersihkan bagian dalamnya, merekatkan tutupnya dengan lem agar tidak bisa dibuka lagi, lalu membuat lubang di atasnya.
            Pak Ramli menggambar pola di badan kaleng itu. “Mau gambar apa?”
            “Gambar monyet,” sahut Marwan sekenanya. Rupanya ia masih jengkel karena tidak bisa beli celengan yang bagus di toko.
            Tanpa mempedulikan sikap Marwan, Pak Ramli menggambar tiga ekor monyet bergelantungan di ranting pohon. Pak Ramli kemudian mengambil cat, lalu mewarnainya.
            “Itu untuk apa, Yah?” tanya Marwan agak bingung.
            “Untuk menabung. Lihat, dengan barang bekas, kita bisa membuat celengan. Selain lebih hemat, kamu bisa membuatnya sesuai kreasimu. Uang dari Bu Rustina tetap utuh dan bisa kamu masukkan ke sini,” terang Pak Ramli.
            Kini, tibalah hari untuk menentukan celengan terbaik. Setelah melihat satu per satu, Bu Rustina memilih celengan Marwan sebagai celengan terbaik. Marwan pun berhak mendapatkan hadiah. Beberapa murid tampak kecewa.
“Ibu curang. Celenganku, kan, paling bagus. Harganya pun mahal,” protes Sofian.
Bu Rustina tersenyum. “Menabung sama saja berhemat. Ibu menyuruh kalian menabung, agar uang kalian bisa dipakai untuk hal yang lebih bermanfaat. Tidak dihabiskan untuk jajan,” ujar Bu Rustina.
“Ibu memilih celengan Marwan karena dibuat sendiri dari barang bekas. Biayanya pasti lebih murah. Celengan lain, meski terlihat lebih bagus, harganya mahal. Artinya kalian tidak berhemat, tapi malah mengeluarkan uang banyak,” jelas Bu Rustina.
Semua tidak bisa berkata-kata. Di bangku paling belakang, diam-diam Marwan semakin bangga pada ayahnya. Ia ingin membuat celengan lebih banyak dari bahan kaleng bekas. Ia ingin terus menabung sampai uangnya terkumpul banyak.

My Unforgettable Experience

Two years ago, my mother, sisters, and I went to Bandung. We went to Bandung by train. We needed 12 hours from Jombang to Bandung. In the train, I was sitting at the back. It are the executive class. We felt comfortable with this situation.
For the time, the train went so fast. Suddenly the train stopped. A trader said that this train hit a car. I though it was a joke, we just laughed.
Because we waited too long, my sister dicided to see it. Actually, the train hit a car. We were so surprised. Howefer thanks God,there was no victim in this accident.
And that was the first time I saw a bad accident.

Friday 13 April 2012

Contoh Teks Pembawa Acara pada Acara Ulang Tahun Sekolah

HUT Sekolah
     Yang kami hormati kepala SMPN 2 Jombang
     Ibu Dra. Susiana, M.SI
     Bapak, Ibu guru, dan
     Karyawan/karyawati
     Beserta teman-teman yang kami sayangi
     Assalamu'alaikum Wr. Wb
     Selamat pagi dan selamat sejahtera, dengan mengucapkan syukur alhamdulillah marilah kita bersama-sama berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan rahmat-Nyalah kita semua bisa hadir bersama-sama di tempat ini dalam keadaan sehat wal'afiat.
     Atas nama panitia kami menyampaikan terimakasih kepada hadirin yang telah dengan tulus ikhlas menyempatan diri menghadiri acara ini dalam rangka ikut bersama-sama memeriahkan hari ulang tahun sekolah kita SMPN 2 Jombang yang kita cintai ini. Semoga segala sesuatu yang telah kita usahakan tidak sia-sia.
     Hadirin yang kami muliakan, untuk memanfaatkan waktu, baiklah segera saja kami bacakan susunan acara pagi ini, sebagai berikut:
1. Pembukaan
2. Laporan ketua panitia dalam rangka ulang tahun sekolah.
3. Sambutan-sambutan
     a. Sambutan kepala SMPN 2 Jombang oleh Ibu Dra. Susiana, M. SI
     b. Sambutan ketua komite SMPN 2Jombang , Bapak Handy.
4. Acara Inti
     a. Pementasan tari kipas dipersembahkan oleh siswi-siswi kelas 7-G
     b. Persembahan teater dari siswa-siswi kelas 8-E
     c. Pembacaan puisi oleh Kharisma Putri dan Bimo dari kelas 9-A
5. Doa, dipimpin oleh Bu Nur Sholihah
6. Penutup acara
     Demikianlah susunan acara tersebut, selanjutnya marilah kita sama-sama ke acara berikutnya, yakni acara kedua ialah laporan panitia dalam rangka ulang tahun sekolah. Kami persilahkan kepada saudara Bgus untuk maju kedepan.
~LAPORAN KETUA PANITIA~
Terimakasih kepada saudara Bagus selaku ketua panitia. Acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan. Yang saya hormati, kami persilahkan Ibu Dra. Susiana, M. SI, selaku Kepala SMPN 2 Jombang untuk memberikan sambutan.
~Sambutan kepala SMPN 2 Jombang oleh Ibu Dra. Susisana, M. SI~
Terimakasih kepada Ibu Susiana atas sambutannya. Untuk sambutan selanjutnya dipersilahkan untuk ketua komite SMPN 2 Jombang, Bapak Handy. Kami persilahkan untuk maju kedepan.
~Sambutan ketua komite SMPN 2 Jombang~
Terimakasih kepada Bapak Handy atas sambutannya.
     Demikian hadirin sambutan dari Ibu Susiana dan Bapak Handy, semoga ktia semuanya mampu melaksanakan semua himbauan yang disampaikan beliau tadi.
     Dan inilah saat yang kita tunggu-tunggu, kita langsung saja masuk ke acara yang ke-4, yaitu acara inti. Kami mohon agar hadirin duduk santai saja sambil menikmati hiburan yang dipersembahkan dari masing-masing siswa kelas 7, 8, dan 9. Untuk persembahan yang pertama, dimulai dari kelas 7-G yang akan mementaskan tari kipas. Kami persilahkan kepada adik-adik kelas 7-G untuk naik ke atas panggung.
~Pementasan tari kipas dipersembahkan oleh siswa-siswi kelas 7-G~
Terimakasih kepada adik-adik kelas 7-G. Mohon hadirin memberikan tepuk tangan yang meriah. Terima kasih. Acara selanjutnya adalah pementasan drama dari teman-teman kita kelas 8-E, kami persilahkan.
~Persembahan teater dari siswa-siswi kelas 8-E~
Terima kasih kepada teman-teman kelas 8-E. Mohon para hadirin memberikan tepuk tangan yang meriah. Terima kasih. Acara inti yang terakir adalah pembacaan puisi oleh kakak kelas kita dari kelas 9-A. kepada Kahrisma Putri dan Bimo dari kelas 9-A, kami persilahkan untuk naik ke panggung.
~Pembacaan puisi oleh Kharisma Putri dan Bimo dari kelas 9-A~
Terima kasih pada Kharisma Putri dan Bimo atas penampilannya. Mohon hadirin memberikan tepuk tangan yang meriah sekali lagi. Terima Kasih.
     Sebelum menuju ke akhir acara, baiklah kita ikuti dahulu acara pembacaan doa, yang dalam ha ini akan dipimpin oleh Bu Nur Sholihah. Untuk itu yang kami hormati Ibu Nur Sholihah, kami persilakan naik ke atas pangggung.
~Doa, dipimpin oleh Bu Nur Sholihah~
Terima kasih Ibu Nur Sholihah.
Dan inilah saat akhir acara. Terima kasih kepada hadirin atas perhatiannya dan partisipasinya. Saya selaku pembawa acara meminta maaf jika ada tutur kata yang kurang berkenan dihati hadirin.
     "Sampai jumpa di acara perayaan ulang tahun sekolah tahun depan."
Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.

Sunday 26 February 2012

GETARAN


  • Getaran adalah gerak bolak balik suatu benda secara periodik melalui titik setimbangnya.
  • Menurut benda yang bergetar dan cara bergetarnya, getaran dibedakan:
      • Getaran ayunan, contohnya bandul jam
      • Getaran selaras, contohnya pada pegas
      • Getaran tunggal, contohnya pada alat musik kulintang
  • Alat dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan getaran:
      • Jam dinding, bagian yang bergetar bandul jam, jenis getarannya ayunan
      • Gong, bagian yang bergetar badan gong, jenis getarannya selaras
      • Gitar, bagian yang bergetar senarnya (saat dipetik), jenis getarannya tunggal
      •  Ayunan, yang bergetar tali ayunan, jenis getaran ayunan
      • Biola, yang bergetar senarnya, jenis getarannya tunggal, dll
 

Saturday 25 February 2012

Earthquakes

Summary:
~ Earthquakes, or seismic tremors occur when energy stored within the Earth suddenly releases.
~ The energy stored is usually in the form of strain in rocks. This energy is transmitted to the surface of the earth by earthquake waves.
~ The centre where the earthquake energy release is called focus.
~ Epicentre is the highest energy of seismic waves occur.
~ There are two kinds of earthquakes : tectonic and volcanic.
~ Tectonic earthquakes are caused by the sudden release of energy stored within the rocks a long a fault. The released energy is produced by the strain on the rocks due to movement within Earth.
~ Volcanic earthquakes occur near active volcanoes but have the same fault slip (or landslide) mechanism as tectonic earthquakes.